Gede Hendra
Minggu, 12 Juni 2016
URUTAN SADDHANA
SADDHANA
a. Menghaturkan Yajna
1.
Asana
Om Prasadha stiti Carira suci
nirmala ya namah swaha. Om
2.
Prayanama
(perbandingan waktu= 1:4:2)
Om Ang Namah, Om Ung namah, Om
Mang Namah.
(diucapkan Dalam hati)
3.
Kara
Sodhana
Tangan
kanan di atas tangan kiri: Om sudhamam
swaha
Tangan
kiri di atasa tangan kanan: Om ati
Sudhamam swaha.
4.
Menyucikan
dan menhaturkan dupa
Om Ang Dupa dipastra ya namah, Om
agnir jyotir dupam samar payami, Om
5.
Menyucikan
bunga
Om puspa danta ya namah swaha.
6.
Pensucian
air
Om pratama suda, tirta suda, sudamam swaha.
7.
Menycikan
sesajen
Om kara murcyante, pras-pras
pranammya ya namah swaha Om
8.
Memercikan
tirta
Om mang parama ciwa amertha ya namah swaha.
9.
Menghaturkan
sesajen kpd Brahman/Dewa/leluhur
·
Om Brahma Visnhu Icwara devam,
jiwatmanam-trilokam sarva jagat pratistanam, suddha klesa vinasanam. Om guru
paduka dipata ya namah.
·
Om devam amukti, sukham
bhavantu, purnam bhavantu,sriyam
bhavantu, namo namah swaha.
·
Om buktiantu pitara dewam, bukti
mukti vara svadah, Ang ah.
·
Om anugraha manohara, deva danta
nugrahaka, arcanam sarva pujanam, namah
sarva nugrahaka. Deva dewi maha sidhi, yajnanga nirmalatmaka, laksmi siddhisca
dirgahayuh, nirwighna sukha vrddhisca.
b. Memuja
1.
Pensucian
·
Asana
·
Pranayama
·
Kara
sodhana
2.
Gayatri
mantram/ Trisandya
3.
Kramaning
sembah
4.
Puja
guru
5.
Puja
saraswati
6.
Japa
7.
Mantram
meditasi kemudian lakukan meditasi
8.
Mrtyun
jaya mantra
9.
Puja
santih
Guru puja.
Om
Gurur Brahma Gurur Vishnu
Gurur Devo Mahehwara
Gurur saksat Parabrahma
Tasmai Sri Gurave Namaha.
Gurur Devo Mahehwara
Gurur saksat Parabrahma
Tasmai Sri Gurave Namaha.
Artinya:
aku bersujud kepada Hyang Guru yaitu: Hyang Brahma, Vishnu, dan Shiva,
aku bersujud kepada Hyang Guru yaitu: Hyang Brahma, Vishnu, dan Shiva,
yang
adalah Hyang Maha Esa itu sendiri
Puja Saraswati
Puja Saraswati
Om Saraswati
namastubhyam
Varade kama rupini
Siddharambha karisyami
Siddhir bhawantu me sada
Varade kama rupini
Siddharambha karisyami
Siddhir bhawantu me sada
Om Brahma Putri Maha Dewi,
Brahmanya Brahma wandini,
Saraswati saya janam, praja naya Saraswati.
Om Saraswati dipata ya namah.
Brahmanya Brahma wandini,
Saraswati saya janam, praja naya Saraswati.
Om Saraswati dipata ya namah.
Artinya:
Om Hyang Widhi, Sakti-Mu selaku Maha Dewi dari Brahma,
Pancaran Pradana dari Brahma.
Saraswati, Dewi kemampuan berpikir, Saraswati tiada tara kebijaksanaanNya
AUM, Dewi Saraswati hamba menyembah-Mu.
Aum, Saraswati sebagai pemberi Anugrah, dalam bentuk yang didambakan
Semogalah atas segala dharma yang hamba lakukan sukses selalu atas karunia-Mu
Om Hyang Widhi, Sakti-Mu selaku Maha Dewi dari Brahma,
Pancaran Pradana dari Brahma.
Saraswati, Dewi kemampuan berpikir, Saraswati tiada tara kebijaksanaanNya
AUM, Dewi Saraswati hamba menyembah-Mu.
Aum, Saraswati sebagai pemberi Anugrah, dalam bentuk yang didambakan
Semogalah atas segala dharma yang hamba lakukan sukses selalu atas karunia-Mu
Mantram
meditasi
dhayana
mulam gurur murtim
Puja
malam gurur padam
Mantram
mulam gurur wakyam
Moksa
mulam gurur kripa
Om
Shree gurawe namaha
Artinya:
Wujud guru adalah dasar dari medsitasi, kaki guru adalah dasar dari pemujaan,
Wujud guru adalah dasar dari medsitasi, kaki guru adalah dasar dari pemujaan,
anugerah
guru adalah dari kebebasan (Moksa).
Semoga beliau melindungi kita dengan ilmu pengetahuan, marilah menggabungkan
Semoga beliau melindungi kita dengan ilmu pengetahuan, marilah menggabungkan
upaya kita bersama, semoga penyatuan kita
bercahaya terang benderang, semoga
damai di antara kita.
MANTRAM
MENGAHIRI MEDITASI
1. Ucapkan OM yang panjang 3X.
1. Ucapkan OM yang panjang 3X.
2.
maha mrtyun jaya mantra
Om tryambakam yajamahe
sugandhim pusti vardhanam
urvarukam iva bandhanat
mrityormuksiya mamritat
sugandhim pusti vardhanam
urvarukam iva bandhanat
mrityormuksiya mamritat
Artinya:
Kami memuja kepada hyang Siva yang bermata Tiga, yang
memancarkan aroma harum, yang mengayomi segala mahkluk.
Semoga Beliau membebaskan dari kematian,
ibarat mentimun yang terlepas dari ikatanya..
3.
puja santhi
Om Asato Ma Sad Gamaya
Tamaso Ma Jyotir Gamaya
Mrityorma Amityam Gamaya
Loka Samastha Sukino Bhavantu 3X.
OM Santhi Santhi Santhi OM
Artinya:
Om tuntunlah hamba dari kesesatan ke jalan yang benar, dari kegelapan ke arah cahaya, dan dari kematian ke kehidupan nan abadi.
Man-mana
bhava mad-bhakto
Mad-yaji
mam namaskuru
Mamevaisyasi
yuktvaivam
Atmanam
mat prayanah
Bhagavadgita
IX. 34
Artinya:
Pusatkan pikiranmu padaKu, berbhaktilah padaKu,
bersujudlah padaKu, sembahlah Aku, dan setelah kau mengendalikan dirimu dengan
Aku jadi tujuanmu tertinggi , engkau akan tiba padaKu.
Patram
puspam phalam toyam
Yo
me bhaktya prayacchati
Tad
aham bhakty-upahrtam
Asnami
prayatatmanah.
Bhagavadgita IX.26
Artnya:
Siapapun yang sujud kepada Aku dengan
mempersembahkan sehelai Daun, Sekuntum Bunga, Sebiji Buah-buahan, Sedikit Air, Aku terima sebagi bhakti persembahan
orang yang berhati suci
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM
PERAN MAHASISWA HINDU
PERAN MAHASISWA HINDU DALAM MEMBANGUN UMAT
"te sūnavaḥ svapsaḥ
sudasaso
mahī jañur mātarā pūrvacittaye
sthātuś ca satyam jagatas ca dharmaṇi
putrasya pāthaḥ padama advayāvinaḥ"
mahī jañur mātarā pūrvacittaye
sthātuś ca satyam jagatas ca dharmaṇi
putrasya pāthaḥ padama advayāvinaḥ"
"Putra-putra (generasi
muda) ini amat giat dan memiliki kemampuan
yang mengagumkan, menghormati orang tuanya dan taat terhadap perintah
(nasehat) nya. Mereka maju untuk kesejahtraan semua mahluk, yang senantiasa menunjukkan diri sebagai putra yang penuh aktivitas" (Ṛgveda I.159.3)
yang mengagumkan, menghormati orang tuanya dan taat terhadap perintah
(nasehat) nya. Mereka maju untuk kesejahtraan semua mahluk, yang senantiasa menunjukkan diri sebagai putra yang penuh aktivitas" (Ṛgveda I.159.3)
Seperti apa yang dijelaskan dalam Veda diatas, bahwa
generasi muda adalah orang-orang yang giat, memiliki kemampuan mengagumkan,
beretika, berbuat untuk kepentingan semua makhluk, dan juga generasi yang penuh
aktivtas, dalam hal ini sebagai mahasiswa Hindu seharusnya kita mampu
mengimplementasikan apa yang telah tersirat dalam ajaran veda dan hakikat kita
sebagai seorang mahasiswa yang menyandang predikat sebagai kaum Intelek atau
kaum terpelajar.
Namun pada kenyataanya hari ini apa yang disebutkan
diatas masih jauh dari harapan kita, Dalam
dunia keorganisasian di lingkungan kampus, baik di lingkup jurusan, fakultas
atau universitas, gaung dan eksistensi seorang mahasiswa hindu ternyata masih minim. Bisa
dilihat dari kurangnya peran aktif mahasiswa hindu di posisi strategis dalam
struktur organisasi kampus (BEM, himpunan jurusan, keluarga mahasiswa, kelompok
ke-hobi-an, UKM, dsb.) Hal
ini menjadikan kurang “terkenal”nya Mahasiswa hindu dalam kontestasi pergaulan dunia keorganisasian
kampus.
“Ah, males ikut yang
begituan. Ga jelas. Ga nyambung sama orang-orangnya. Mending kuliah yang rajin,
cepat lulus dan langsung kerja di perusahaan asing. Gajih gede. Nikah deh..”.
Ya! Kira-kira begitu ilustrasi jawaban seseorang mahasiswa hindu ketika diajak
berbicara tentang organisasi,
Tapi realitanya memang begitu, masih banyak mahasiswa yang ternyata antipati
terhadap keberadaan organisasi kampus. Keberadaan organisasi dianggap tidak terlalu
berpengaruh terhadap kepentingannya. Belum lagi desakan dari orang tua
mahasiswa di kampung yang mendesak lulus sesegera mungkin karena biaya
pendidikan yang semakin tinggi, biaya hidup di dunia
rantau yang semakin menjadi-jadi sudah mencekik perekonomian keluarga. Semakin cepat lulus,
semakin baik, beban orang tua sebagai “penyuplai” materi finansial ke dunia
rantau selama ini bisa lebih ringan apalagi bisa langsung kerja. Luar biasa,
nak! Itu impian sebagian besar orang tua mahasiswa.
Semangat
untuk berorganisasi dan menjadi aktivis kampus memang masih redup di kalangan Mahasiswa hindu. Padahal sejatinya,
banyak “sesuatu” yang baru yang sulit atau mungkin tidak bisa kita pelajari
dari pustaka manapun. Ini semua terkait dengan softskill kita dalam rangka
menunjang karier di masa depan. Perlu diketahui, tidak melulu dengan
bermodal Indeks Prestasi 3,8 atau bahkan mencapai 4 seseorang bisa mendapatkan
posisi karier masa depan yang diimpikan. Semua kembali lagi kepada pengalaman,
kerja keras, semangat juang dan “jam terbang” seseorang saat berada dalam
“kawah candradimuka” kampus. Sehingga ketika terjun dalam dunia kerja, siap
mengimplementasikan ilmunya di masyarakat dengan visi-visi perdamaian
kemanusiaan. Di dalam organisasi-lah mental seseorang bisa ditempa, sebagai
tempat mengaktualisasi diri, berinteraksi dengan semua orang, mempelajari
berbagai karakter individu, bernegosiasi, ilmu manajemen, kecakapan mengelola
waktu dan menambah networking. Perlu diingat lagi, sebagai mahasiswa Hindu, kita adalah
individu-individu pilihan yang sebelumnya telah bersaing dengan ribuan orang melalui proses
seleksi masuk perguruan tinggi
yang ketat, kita adalah orang-orang beruntung karena tidak semua orang memiliki
kesempatan yang sama menjadi seorang mahasiswa Ya toh? So, tunggu apa lagi?
Gunakan sebaik-baiknya kesempatan emas ini untuk selalu meng-upgrade diri.
Suatu saat, kita semua menetas sebagai individu-individu yang bersama berjibaku
untuk membangun bangsa.
Mahasiswa,
selain sedang mengecap dunia akademis yang menjadikannya berpikir empiris dan
teoretis, serta tidak terikatnya kepada berbagai kepentingan, seyogyanya
menjadikan mahasiswa Hindu memiliki perspektif dan pandangan luas untuk dapat
bergerak di semua lapisan masyarakat.
Sehingga tidak berlebihan, ketika kepada mahasiswa disematkan predikat
agent of changes (agen perubahan), agent of social control (agen kontrol
sosial), dan iron stock (calon pemimpin). Tidak perlu muluk-muluk, paling tidak
tiga merk ini bisa dijadikan sebagai pembentuk karakter mahasiswa Hindu, selain
banyak lagi poin-poin yang menjadikan mahasiswa berkarakter. Namun landasan
terpenting dari semuanya itu hanya satu kata, yang kini telah dilupakan, yaitu
KEJUJURAN.
Agent
of change
Sudahkah
kita sebagai mahasiswa Hindu menyadari perannya atau setidaknya berkontribusi
sedikit pada sebuah perubahan? Misalnya dari tiga kerangka dasar agama Hindu,
sudahkah mahasiswa Hindu berpikir untuk mengkaji beberapa poin dari tatwa, lalu
dengan cerdas meneliti implementasinya dalam masyarakat Hindu, lalu berpikir
pula untuk mengembangkannya dengan landasan dharma sidhyartha (iksa, shakti,
desa, kala, tatwa). Sudahkah mahasiswa mencoba meneliti sejauh mana etika
sebagai perekat antara tatwa dan acara, sudah terimplementasi dalam interaksi
sesama umat Hindu? Mahasiswa Hindu harus berani menjadi pionir-pionir
perubahan. Tentu, yang pertama adalah berani merubah perilaku diri sendiri,
sehingga mempunyai brand atau merk sebagai identitas manusia Hindu. Bahkan
harus siap tampil beda, jangan dengan mudah menjual diri, melacurkan
intelektualitas yang sudah sejak awal berpondasikan kehinduan. Kemudian
dilanjutkan dengan membangun kemandirian, sebagai modal penting untuk
menawarkan perubahan kepada lingkungan, khususnya masyarakat Hindu. untuk itu
diperlukan penguasaan etika, cara-cara yang elegan, santun dan konsisten. Modal
untuk menumbuhkan keberanian sebagai agent of changes di masyarakat akan
didapatkan di kampus selama masa pendidikan; oleh karena itu pembelajaran
selama periode di kampus bukan hal yang remeh. Kampus bukan tempat untuk
istirahat, tetapi untuk menempa diri. Banyak sekali yang bisa dijadikan obyek
yang sudah selayaknya mengalami perubahan sebagai bagian dari riset dan
pengembangan Hindu. Tetapi semua itu harus bermula dari tiga kerangka dasar
tadi.
Agent of Social Control
Kebiasaan yang sudah dipupuk untuk tidak mau tahu
terhadap gejolak-gejolak sosial di kalangan masyarakat Hindu harus menjadi
perhatian para mahasiswa. Ketidakpedulian terhadap kondisi umat Hindu di banyak
wilayah di Indonesia ataupun di lingkungan kampus sendiri juga tidak boleh
diabaikan begitu saja. Diperlukan kepekaan sosial terhadap semua yang terjadi,
khususnya menyangkut kondisi sosial umat. Tidak perlu jauh-jauh, di sekitaran
kita saja, misalnya, tidak sedikit umat Hindu yang kondisi sosial ekonominya
sangat tertinggal, sehingga tidak mampu menyekolahkan anaknya. Kondisi ini
tidak muncul ke permukaan, karena mereka malu, dan merasa tersisih serta
terpinggirkan. Ini juga harus menjadi perhatian bersama.
Jangan pernah berpikir bahwa anda telah melaksanakan
kewajiban sebagai umat Hindu secara utuh, karena secara individu telah
melakukan berbagai kegiatan. Selama, ruang lingkupnya individu, maka
sesungguhnya anda baru melaksanakan dharma sebagian saja, belum seutuhnya. Anda
baru melaksanakan swadharma anda sebagai mahluk individu, belum sebagai mahluk
sosial. Anda masih punya kewajiban yang belum terlaksana terhadap umat Hindu
lain, khususnya yang membutuhkan uluran tangan. Jangan biarkan mereka ber Hindu
sendirian, jangan mengangkangi kehinduan sendirian pula. Mahasiswa harus
menjadi bagian dari kontrol sosial walaupun dalam lingkup terbatas, misalnya,
untuk memonitor dengan kepekaan terhadap kondisi sosial tadi. Lalu,
menganalisanya, mendiskusikannya dan berupaya menyampaikan kepada otoritas,
dalam hal ini lembaga-lembaga yang punya kepedulian untuk itu.
Iron Stock (Calon Pemimpin)
Sesungguhnya ajaran Hindu telah mempersiapkan pemeluknya
untuk menjadi pemimpin masa depan. Misalnya saja, melalui ritual rajaswala,
seorang anak Hindu sudah mulai diingatkan untuk memulai hidup mandiri (swala)
dan mulai belajar memimpin diri sendiri, yang ke depannya juga memimpin orang
lain. Setelah menek bajang (akil balik), remaja-remaja Hindu sudah harus
belajar menata dirinya, dan melatih diri untuk berperan di masa depan. Semuanya
harus terobsesi untuk menjadi pemimpin, yang berani muncul di semua kondisi;
tidak semata-mata di kalangan masyarakat Hindu. Tidak hanya menjadi jago
kandang, tetapi juga jago di semua arena; karena “bibit” kualitas manusia Hindu
memang sangat kompetitif. Pernyataan ini sangat argumentatif, nyatanya hanya
manusia Hindu yang sebenarnya dimonitor terus keradaannya melalui ritual, sejak
pengisian atman oleh Iswara, semasih dalam kandungan. Bahkan, hanya manusia Hindu
yang meyakini bahwa sejak pengisian atman, para leluhur yang sudah sempurna
bekerja keras untuk mewujudkan manusia yang berkualitas tinggi.
Berani duduk di depan, tidak hanya duduk di kursi barisan
belakang, yang hanya berani berteriak rame-rame (suryak siu), tetapi berani
tampil elegan dengan bahasa yang lugas tidak mencla-mencle. Jangan pernah
membangun budaya basa-basi. Ini baru ciri-ciri mahasiswa Hindu yang pantas
menjadi pemimpin. Untuk mempelajari konsep-konsep kepemimpinan, para mahasiswa
perlu banyak membaca pustaka-pustaka seperti Nitisastra, Arthasastra dan
lainnya. Malas membaca adalah petaka bagi mahasiswa Hindu, dan ini berarti
kehancuran Hindu. Jadilah manusia-manusia yang berkarakter Hindu sejati.
SATYAM
EVA JAYATE!!!
Kamis, 18 Juni 2015
PENTINGNYA BERDHANA PUNIA DI JAMAN KALI YUGA
DHANA PUNIA
Om
Swastyastu
Om
Awighnam Astu Namo Siddham,
Om Ano Badrah Krtavo Vyantu Visvatah
Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru.
Marilah kita panjatkan puja dan puji syukur atas Asung
Kerta Wara Nugraha-Nya kita dapat berkumpul dalam keadaan sehat.
Kepada pandhita yang saya muliakan dan
pinandhita, kepada ketua parisadha kab. Tulang Bawang yang saya hormati, kepada
ketua/tokoh adat/ banjar, kepada bapak atau Ibu umat sedharma yang saya hormati
dan pemuda – pemudi Banjar Agung yang saya cintai.
Pada kesempatan ini izinkan saya menyampaikan sedikit
pesan Dharma, pesan dharma yang saya
angkat berjudul “Yajna Dhana Punia di Jaman Kali Bagi Umat Hindu”.
Namun, Pada umumnya masih banyak umat hindu memberi arti
yajna secara sempit setiap mendengar yajna
dalam benaknya selalu terbayang ada sesajen, asap dupa yang mengepul,
bau bunga yang wangi semerbak ada puja asatawa oleh pemangku atau sulinggih,
ada suara kidung dan tabuh gamelan yang meriah. Sehinga itu menjadikan suatu
bayangan oleh umat sedharma dengan upacara keagamaan. Lalu apa pengertian yajna
yang tepat?
Umat sedharma,
Yajna berasal dari kata sanskerta yang artinya suatu
perbuatan yang dilakukan dengan penuh keiklasan dan kesadaran untuk melakukan
persembahan kepada Brahman (Hyang Widhi). yajna yang tepat dan baik ada
beberapa unsur mutlak yang terkandung dalam yajna, yaitu adanya;
1)
Perbuatan.
2)
Ketulusikhlasan.
3)
Kesadaran.
4)
Persembahan.
Yajna yang benar dan sesuai dengan sastra hindu yang
dijelaskan berdasarkan kitab Suci Bhagavad Gita XVIII. 5 tersurat:
Yajna-dāna tapaḥ karma
Na tyājyaṁ kāryam eva tat,
Yajno dānaṁ tapaṥ caiva
Pāvanāni manīṣiṇām.
Artinya:
Beryajna, berdana dan tapa–brata, jangan diabaikan melainkan harus
dilakukan, sebab yajna, berdana dan tapa-brata pensuci bagi orang arif
bijaksana.
Semua
perbuatan yang berdasarkan dharma dan dilakukan dengan tulus iklas bisa disebut
yajna. Yang tergolong perbuatan yajna didalam Begawad Gita, yaitu:
1.
Belajar
dan mengajar yang didasari ketulus iklasan dengan penuh pengabdian.
2.
Menyampaikan
dan menyebarkan nilai luhur agama Hindu kepada umatnya.
3. Membaca kitab suci Veda dan Sastra
Agama.
4. Melantunkan atau mengidungkan mantram-mantram kitab
suci pada setiap upacara keagamaan, seperti mekidung, mekekawin dsb.
5.
Berdana
punia untuk kepentingan pembinaan umat Hindu.
6.
Berbuat baik kepada sesama mahluk seperti memelihara atau menjaga
dan mengasihinya.
7.
Menengok atau menjenguk orang yang
meninggal dunia,serta berdana
untuk keluarga yang ditinggalkan.
8.
Berdana punia untuk menigkatkan
pendidikan khususnya kepada umat hindu, menjadi orang tua asuh mengentaskan
kemiskinan dan kebodohan.
9.
Bertirtha yatra mengunjungi pura-pura
atau tempat-tempat suci kemudian bersembhayang, berjapa dan meditasi.
10.
Mengendalikan
hawa nafsu dan panca indrya.
Umat sedharma yang berbahagia,
Jelas bahwa yajna itu tidak terbatas pada kegiatan
keagamaan saja. Upacara dan upakara seperti sesajen dan alat-alat upacara merupakan
bagian dari yajna.dana punia pun
merupakan bagia dari yajna.
Dana punia berasal dari dua kata
yaitu“Dana” dan “Punia”
keduanya mempunyai arti yang sama yaitu pemberian atau sumbangan. Perbedaan
terletak pada (pemberi) dan (penerima). Dana adalah sumbangan atau
pemberian dari pihak yang lebih tua (dituakan) kepada yang lebih muda atau dari
pihak yang jabatannya/ kedudukan yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah
atau sederajat. Punia adalah pemberian atau sumbangan dari
pihak yang lebih muda kepada pihak yang lebih tua (dituakan) atau pihak yang
jabatannya lebih rendah kepada yang lebih tinggi (lebih dihormati). Dana punia
tidak semata-mata sebagi balas jasa ataupun bujukan, melainkan karena perintah
kitab suci Veda yang harus dilakukan dengan tulus ikhlas.
Umat sdharma yang saya cintai,
Bahwasannya dana punia sangat penting dan berguna untuk
meningkatkan pendidikan kepada generasi muda hindu pada khususnya jika dana
punia betul-betul tepat sasaran (objeknya). Kenapa demikian? karena untuk
memajukan generasi kedepannya yaitu melalui pendidikan. Contohnya dengan
kita mengangkat anak asuh untuk menyekolahkannya bagi yang kurang mampu,
membangun tempat-tempat pendidikan seperti sekolah dasar sampai perguruan tinggi yang
berbasis Hindu, membangun perkonomian dengan membuat koprasi
unit desa (KUD) dan lain sebagainya. agar nantinya pemuda dan pemudi bisa mengembangkan
kemampuannya selain itu dapat menyerap tenaga kerja khususnya generasi muda
kita. Dengan semangat yang tinggi dan ketekunan dan selalu berdoa agar mendapat
bimbingan dari Hyang Widhi (Brahman). Maka itulah yang dinamakan yajna dana
punia, bukan hanya upakara yajnalah yang selalu besar-besaran bagaimana kita
sebagai umat hindu dan sebgai warga Negara Indonesia yang
baik untuk membantu memerangi kebodohan dan kemiskinan di jaman sekarang ini
(jaman kali). Dalam kitab suci Veda Smerti, Sarasamuscaya sloka 262. Tersurat bahwa:
Ekenamcena dharmathah
Kartavyo bhutimicchata,
Ekenamcena kamartha
Ekamamcam vivirddayet.
Aritnya :
Demikianlah duduknya, maka di bagi tiga (hasil usaha itu) yang satu bagian
guna biaya mencapai dharma, bagian kedua untuk memenuhi kama, bagian yang ketiga untuk melakukan
usaha dalam bidang artha, ekonomi agar berkembang kembali, demikian duduknya,
maka di bagi tiga, kalau ingin memperoleh kebahagian.
Dalam sloka tersebut tersurat, bahwa memperoleh artha (penghasilan) hendaknya berdasarkan dharma, kemudian
dibagai menjadi tiga. Kegiatan apa yang termasuk dharma, sehinga berdana-punia
yang besarnya 1/3 dari jumlah penghasilan? Ajaran agama hindu pada umumnya
membagi dharma (ajaran rohani dan kesusilaan) menjadi 6 bagian, yaitu:
1.
Sila
:
kebajikan atau kesusilaan
2.
Yajna
:
persembahan atau pengorbanan suci yang tulus ikhlas.
3.
Tapa :
pengendalian ( pengekangan ) diri.
4.
Wrata :
menghindari kehidupan duniawi yang berlebihan.
5.
Yoga :
cara menghubungkan diri kehadapan Brahman agar
dapat menyatukan
Atman dengan Brahman.
6.
Samadhi : menyatukan atman dengan paramatman.
Mengenai kesadaran berdana-punia umat hindu masih
tergolong rendah sekali, termasuk umat hindu yang ekonominya sudah mampu atau
mapan. Dana punia ini sangat besar manfaatnya dapat digunakan untuk kepentingan
pembinaan umat hindu. Dapat berguna untuk membeli pustaka atau buku-buku agama
dan lainnya, sebagai referensi/ pedoman dalam kehidupan bermasyarakat yang
pastinya kepentingan umum. Memang ada beberapa yang tidak pelit kalau sudah
urusan membangun pura. Selain kita membangun pura juga melakukan Tirtha Yatra,
karna itu merupakan pensucian dari Yajna dan dapat mensucikan rohani dan
jasmani, di dalam sarasamuscaya sloka 279.
Umat sedharma yang berbahagia,
Orang yang tidak mau membagi penghasialannya dalam bentuk
dana punia, mereka termasuk orang yang loba (rakus). Dalam kitab suci Bhagavad
Gita sloka XVI. 21. Tersurat:
Trividham narakasye’dam
Dwaram nasanam atmanah,
Kamah krodhas tatha lobhas
Tasmad etat trayam tyajet.
Artinya:
Ini pintu gerbang ke neraka, jalan menuju jurang kehancuran diri, ada tiga
yaitu kama, krodha dan loba. Oleh karena itu, ketiga-tiganya harus
ditinggalkan.
Umat sedharma yang saya cintai
Maka lakukanlah kewajiban berdana punia, walaupun sekecil
apapun hasil yang diperoleh tiap bulannya. Sebab, dana-punia tidak boleh diabaikan.
Hal yang perlu kita ingat adalah dalam menjalani hidup ini, janganlah memenuhi
keinginan sendiri saja, sebab orang seperti itu tidak ada karma-wasananya
(kekaryaannya) padahal hidup didunia ini untuk memperbaiki diri atau
menyempurnakan diri dengan berbuat baik yang sesuai dengan ajaran Veda.
Berdana merupakan sangatlah penting dalam hidup didunia ini,
karna kita adalah mahluk sosial yang saling tolong-menolong untuk pembinaan
generasi hindu kedepannya pada jaman kali-yuga.
Demikianlah pesan Dharma yang saya sampaikan,
mudah-mudahan dapat bermanfat bagi kita semua,jika ada kata-kata saya yang kurang berkenan dihati umat
sedharma saya mohon maaf dan kepada Brahman saya mohon ampun.
Om
Santih Santih Santih Om
Langganan:
Postingan
(
Atom
)