"Mengapa kita
harus belajar weda"
Jero
mangku sane wangian titing bapak kelian adat sane hormatin titiyang,dan umat
se-dharma yang saya banggakan dan saya cintai sebelumnya terimalah salam
penganjali dari tiyang
Om
swastyastu
Om
awighnamastu namo saddham
Semoga
karunia hyang widhi yang maha agung selalu menyertai kita semua.
Semoga
cinta kasihnya senantiasa menyertai kita semua,dan semoga kebijaksanaan nya
senantiasa menerangi kegelapan dan kekurangan kita semua.
puji
dan syukur kita panjatkan kehadirat ida sang hyang widi wasa karena atas berkat
dan rahmat beliaulah kita dapat berkumpul pada saat piodalan puniki dalam
keadaan sehat dan sejahtera.
Umat se-dharma yang
berbahagia,
Pada kesempatan ini saya akan
mengangkat tema’’etika’’yang mana berjudul” Mengapa kita harus belajar veda” mengapa
saya mengangkat tema ini karena Yang menarik dalam Hindu adalah
kenyataan dimana tidak semua orang Hindu tahu apa dan bagaimana itu kitab suci
Veda. Meskipun mereka mengetahui dasar-dasar filsafat, upacara dan susila yang
diajarkan oleh Veda, namun sangat jarang yang pernah menyentuh dan membaca
kitab suci Veda secara langsung. Kenyataan yang benar-benar bertolak belakang
dengan penganut agama-agama besar lainnya. Mereka pada umumnya sudah dibimbing
sejak mereka sangat fasih mengutip ayat-ayat kitab suci mereka.
Umat
se-dharma yang berbahagia
kecil untuk mengenal dan membaca kitab suci mereka
sehingga tidaklah mengherankan jika Jangankan untuk mengutip
ayat-ayat/sloka-sloka Veda, pengetahuan apa yang disebut sebagai Veda saja
masih sangat kurang dalam masyarakat Hindu di Indonesia khususnya. Jika anda
bertanya, mungkin akan ada orang Hindu yang menyebutkan bahwa yang disebut Veda
hanyalah Catur Veda. Sementara itu di pihak lain akan ada yang mengatakan bahwa
yang disebut Veda mencakup Veda Sruti dan Veda Smrti. Yang memiliki pandangan
kedua inipun mungkin akan memiliki beda persepsi lagi dalam pengelompokan
bagian-bagiannya. Lalu jika kita mengacu pada penjelasan dari sloka-sloka Veda
itu sendri, sebenarnya apa sih yang disebut sebagai Veda?
Berjalan dalam aturan Dharma memang tidak harus
mengetahui apa itu Veda. Sangat banyak tetua-tetua kita yang buta hurup dan
tidak pernah mengetahui apa itu Veda tetapi memiliki kualitas bhakti dan moral
yang jauh lebih baik dari kita yang sedang belajar mengenal Veda. Namun dengan
demikian apakah itu artinya kita tidak perlu mengetahui ajaran Veda dengan
baik?
Umat
se-dharma yang berbahagia
Di sini saya contohkan Bagaikan mengoperasikan
perangkat elektronik baru. Pada saat pembelian disamping mendapatkan perangkat
elektronik yang dimaksud, pabrikan juga sudah menyertakan buku panduannya. Ada
orang yang dengan mudahnya bisa mengerti dan mengoperasikan perangkat tersebut
tanpa harus menyentuh buku panduannya karena sebelumnya dia memang sudah pernah
berhadapan dengan perangkat yang serupa. Di lain pihak ada orang yang baru
pernah bersentuhan dengan perangkat tersebut. Di antara mereka akan ada yang
mencoba belajar mengoperasikannya dengan mengikuti buku petunjuk yang
disertakan pabrikan. Ada juga yang mencoba bertanya pada orang-orang yang lebih
tahu cara pengoperasian peralatan tersebut. Namun ada juga kelompok orang yang
tidak mau tahu. Mereka sama sekali tidak berusaha membaca buku panduannya dan
tidak juga mau bertanya kepada orang yang tahu pengoperasiannya. Mereka memilih
untuk trial and error. Tentunya dari tiga jenis orang yang belajar
mengoperasikan peralatan yang sama, orang yang mencoba belajar berdasarkan buku
petunjuk dan/atau bertanya kepada orang yang lebih tahu akan lebih cepat dan
mudah menguasai perangkat tersebut. Bahkan risiko kerusakan perangkat akibat trial
and error jauh lebih kecil dengan mengikuti buku petunjuk yang disediakan.
Demikian juga halnya dengan keberadaan Veda sebagai
buku panduan alam material dan alam rohani ini. Sebagaimana disampaikan dalam Brhad-Aranyaka
Upanisad 2.4.10; “Rg. Yajur, Sama dan Atharva Veda dan Itihasa
semuanya keluar dari nafas kebenaran mutlak, Tuhan Yang Maha Esa”. Hal serupa
juga disampaikan dalam Bhagavad Gita 3.15;
“Karma brahmodbhavam viddhim
Brahmaksara samudbhawam,
Tasmat sarva gatam brahma
Nityam yajne pratistham.”
Artinya
Ketahuilah,adanya karma adalah karena brahma yang ada
dari yang maha abadi,karena itu brahma yang melingkupi semuanya ini selalu
berkisar di sekitar persembahan.
pengetahuan Veda langsung diwejangkan oleh Tuhan Yang
Maha Esa”. Karena itu, Veda bersifat mutlak (absolut), benar dengan
sendirinya (self-authoritative), apauruseya (bukan buatan
manusia) dan berhakekat mengatasi hal-hal duniawi (transendental). Veda disabdakan
oleh Tuhan YME Sri Krishna kepada Brahma sebelum alam mateterial tercipta.
Kemudian Brahma mengajarkan Veda tersebut kepada putra-putranya yakni para
Rishi.
Umat se-dharma yang
berbahagia
pahala
kitab suci Weda dipelajari untuk mengetahui tujuannya yaitu memperbaiki prilaku
(Sila) dan memperbaiki kebiasaan hidup(Acara)”.
Tuhan mensabdakan sabda suci Weda pada para Resi bukan sekedar untuk dibangga-banggakan bahwa kita punya kitab suci sabda Tuhan yang hebat.Apa lagi kebanggaan itu terus berlebihan sampai menjadi kesombongan.Weda sabda suci Tuhan itu diturunkan kedunia untuk dipelajari dengan sungguh-sungguh dan dengan upaya tersebut kita bisa memperbaiki tingkah laku dan berbagai kebiasaan hidup ber sama yang menuju kearah yang semakin benar ,baik, wajar dan tepat. Prilaku yang semakin baik itu adalah prilaku yang semakin sesuai denggan konsep prilaku yang disabdakan oleh Tuhan dalam kitab suci. Tujuan suci mempe lajari Weda itu dinyatakan dalam Sarasamuscaya 177 yang dikutif diatas yaitu ayuning sila muang acara.
Sila itu adalah prilaku diri sedangkan Acara adalah tradisi kehidupan yang sesuai dengan ajaran Agama.Ayuning Sila itu adalah hidup yang mampu mewujudkan prilaku benar.,baik dan wajar.Maksudnya mendayagunakan Sraddha dan Bhaktinya pada Tuhan untuk menguatkan daya spritualnya membangun kesadaran bhudi nurani.Kesadaran budhi nurani itu menjadi landasan untuk menajamkan kecerdasan intelektual.Kuatnya daya spiritual dan cerdasnya eksistensi intelektual untuk mengarahkan kepekaan emosi pada pengamalan Dharma. Dengan demikian upaya mempelajari kitab suci itu dapat mendatang pada tiga kecintaan yaitu Dewa Abhimana yaitu cinta pada Tuhan dengan berbagai sinar sucinya yang disebut Dewa itu dalam wujud Bhakti,Dharma Abhimana yaitu cinta pada kebenaran dengan wujud selalu mengupayakan pikiran,perkataan dan prilaku yang sesuai dengan Dharma. dan Desa Abhimana cinta pada tanah kelahiran dalam wujud pengabdian yang tulus pada kesejahtraan tanah air tempat kita pertama menginjakan kaki di bumi ini.Sila Rahayu sebagai salah satu tujuan belajar kitab suci Weda adalah untuk mengembangkan tiga kecintaan tersebut.
Dengan tiga kecintaan itu diharapkan melahirkan tiga upaya yaitu Swastya Wahini yaitu peduli pada upaya pengembangan hidup sehat (health care) lahir batin baik untuk kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat luas. Widya Wahini yaitu peduli pada upaya pengembangan pendidikan (educational care). Pendidikan itu untuk mengembangkan kehidupan yang benar .baik dan wajar.Pendidikan yang benar baik dan wajar itu bukan pendidikan yang semata-mata mengajar peserta didik untuk mencari nafkah.Tetapi pendidikkan yang meng hasilkan peserta didik untuk membina hidup sehat lahir batin,bermoral dan bermartabat.Praja Wahini yaitu belajar Weda harusnya mendatangkan kepedulian pada nasib sesama dalam masyarakat (sosial care).
umat se-dharma yang berbahagia
hidup ini adalah laksana sebuah kapal yang akan dibawa melintasi samudra kehidupan.manusia mempunyai akal ,mempunyai pengetahuan,dan juga mempunyai pengalaman.,seorang yang bijak ia adalah laksana pelaut yang mampu mengen dalikan kapalnya dengan mempergunakan segala sarana yang ada.bukan menyerahkan diri pada nasib,oleh karena itu mari kita bersama-sama belajar weda.
Tuhan mensabdakan sabda suci Weda pada para Resi bukan sekedar untuk dibangga-banggakan bahwa kita punya kitab suci sabda Tuhan yang hebat.Apa lagi kebanggaan itu terus berlebihan sampai menjadi kesombongan.Weda sabda suci Tuhan itu diturunkan kedunia untuk dipelajari dengan sungguh-sungguh dan dengan upaya tersebut kita bisa memperbaiki tingkah laku dan berbagai kebiasaan hidup ber sama yang menuju kearah yang semakin benar ,baik, wajar dan tepat. Prilaku yang semakin baik itu adalah prilaku yang semakin sesuai denggan konsep prilaku yang disabdakan oleh Tuhan dalam kitab suci. Tujuan suci mempe lajari Weda itu dinyatakan dalam Sarasamuscaya 177 yang dikutif diatas yaitu ayuning sila muang acara.
Sila itu adalah prilaku diri sedangkan Acara adalah tradisi kehidupan yang sesuai dengan ajaran Agama.Ayuning Sila itu adalah hidup yang mampu mewujudkan prilaku benar.,baik dan wajar.Maksudnya mendayagunakan Sraddha dan Bhaktinya pada Tuhan untuk menguatkan daya spritualnya membangun kesadaran bhudi nurani.Kesadaran budhi nurani itu menjadi landasan untuk menajamkan kecerdasan intelektual.Kuatnya daya spiritual dan cerdasnya eksistensi intelektual untuk mengarahkan kepekaan emosi pada pengamalan Dharma. Dengan demikian upaya mempelajari kitab suci itu dapat mendatang pada tiga kecintaan yaitu Dewa Abhimana yaitu cinta pada Tuhan dengan berbagai sinar sucinya yang disebut Dewa itu dalam wujud Bhakti,Dharma Abhimana yaitu cinta pada kebenaran dengan wujud selalu mengupayakan pikiran,perkataan dan prilaku yang sesuai dengan Dharma. dan Desa Abhimana cinta pada tanah kelahiran dalam wujud pengabdian yang tulus pada kesejahtraan tanah air tempat kita pertama menginjakan kaki di bumi ini.Sila Rahayu sebagai salah satu tujuan belajar kitab suci Weda adalah untuk mengembangkan tiga kecintaan tersebut.
Dengan tiga kecintaan itu diharapkan melahirkan tiga upaya yaitu Swastya Wahini yaitu peduli pada upaya pengembangan hidup sehat (health care) lahir batin baik untuk kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat luas. Widya Wahini yaitu peduli pada upaya pengembangan pendidikan (educational care). Pendidikan itu untuk mengembangkan kehidupan yang benar .baik dan wajar.Pendidikan yang benar baik dan wajar itu bukan pendidikan yang semata-mata mengajar peserta didik untuk mencari nafkah.Tetapi pendidikkan yang meng hasilkan peserta didik untuk membina hidup sehat lahir batin,bermoral dan bermartabat.Praja Wahini yaitu belajar Weda harusnya mendatangkan kepedulian pada nasib sesama dalam masyarakat (sosial care).
umat se-dharma yang berbahagia
hidup ini adalah laksana sebuah kapal yang akan dibawa melintasi samudra kehidupan.manusia mempunyai akal ,mempunyai pengetahuan,dan juga mempunyai pengalaman.,seorang yang bijak ia adalah laksana pelaut yang mampu mengen dalikan kapalnya dengan mempergunakan segala sarana yang ada.bukan menyerahkan diri pada nasib,oleh karena itu mari kita bersama-sama belajar weda.
Umat
se-dharma demikianlah dharma wacana ini saya sampaikan mudah-mudahan bermanfaat
bagi kita semua,dan apa bila ada kata-kata saya yang kurang berkenan dihati
umat sedhrma saya mohon maaf yang sebesar-besarnya dan kehadapan brahman saya
mohon ampun.
OM
SANTIH,SANTIH,SANTIH,OM
Tidak ada komentar :
Posting Komentar